Cerita kota pekanbaru riau terkini berita masyarakat melayu

Pekanbarukita.com
Tempat Review Hotel & More

Wednesday, April 9, 2008

Otonomi Khusus riau

Dalam perjalanan makan siang tadi ketika melewati gedung pertemuan Balai Dang Merdu di Jalan Sudirman pekanbaru saya melihat ada sebuah acara yang cukup ramai sekali.
Dari banyaknya karangan bunga yang memenuhi jalan cut nyak dien sampai jalan sudirman saya berpendapat pasti ini acara orang besar :)

Tetapi saya sedikit terkejut ketika mata membaca tulisan-tulisan yang tertera di karangan bunga itu. Semua bertuliskan "selamat dan dukungan untuk Otonomi Khusus riau". Ada yang dari perorangan dan bahkan banyak yang dari para Bupati didaerah-daerah yang ada di riau.

Hati kecil bertanya-tanya, Otonomi Khusus seperti apa yang
diperjuangkan bapak-bapak terhormat ini ya? Apakah saya terlalu bodoh sehingga tidak tahu otonomi seperti apa yang cocok untuk propinsi riau tercinta ini?

Kalo saya boleh berpendapat, kalau hanya untuk sekedar mendapat porsi dana dari pemerintah yang cukup besar saja, mungkin perjuangan otonomi khusus terlalu berlebihan. Tetap kalo untuk tujuan yang lain saya tidak tahu.
Kita bisa bercermin dari beberapa daerah yang mendapat otonomi khusus seperti aceh dan papua. Kalo aceh itu sudah merupakan pilihan terakhir dengan taruhan perdamaian. Sedangkan untuk papua karean tingkat ketertinggalan dan luasnya daerah mereka sebelum di bagi menjadi beberapa propinsi seperti sekarang.

Nah kalo untuk Riau seperti apa? Sumber daya alam kita sangat kaya raya. Nah bagaimana memperjuangkan pembagian dana alokasi pusat agar lebih besar? Apakah benar hanya dana yang bisa dan menjadi object terpenting.

Bagaimana pembangunan yang selama ini kita laksanakan dengan dana yanag tersedia, apakah sudah tepat sasaran? Apakah tingkat kebocorannya begitu besar? Sehingga laporan dari sebuah badan independen masih memasukan propinsi riau di daerah yang paling korup karena perbandingan yang sangat mencolok dari pemakaian dana pembanguna dengan tersedianya fasilitas umum yang rendah.

Bukannya tidak ingin riau dan kota pekanbaru ini maju, tapi saya mengajak agar kita lebih bijak memandang diri kita secara menyeluruh. Sehingga kacamata kita bukan hanya dari sudut daerah tapi juga dari sudut negara kesatuan Indonesia. Apalagi melihat bapak-bapak yang sekarang terlibat di perjuangan otsus itu dulunya adalah para pejabat tinggi di kota dan negara ini. Kenapa tidak dari dulu ketika menjabat mereka mengumandangkan itu. Lihat aceh dan papua memperjuangkan itu makan waktu yang sangat lama! Nah sekarang ketika tidak tidak menjabat lagi bagaiman mungkin punya power nego yang kuat?

Lebih baik mari perketat pengawasan pemakaian dana alokasi. Berikan itu ke tujuan-tujuan yang tepat sasaran ke masyarakat langsung. Sembari tetap bernego kepusat untuk mendapat alokasi dan yang lebih besar tahun-tahun mendatang. Saya yakin masyarakat riau dan pekanbaru yang multi etnis ini tidaklah terlalu mengerti permasalahan yang mereka hadapi.

Kita-kita juga tidak tahu berapa banyak dana yang akan dihabiskan untuk sebuah perjuangan yang sebagian masyarakat Riau sendiri belum mengerti benar apa itu artinya. Pikiran ini menghantui saya sepanjang acara makan siang hari ini....

2 comments:

Anonymous said...

Karena luas Provinsi Riau ini kira2 90 ribu km persegi (sebagai perbandingan luas pulau Jawa hanya 113 ribu km persegi). Dan penduduk Riau di area seluas itu hanaya 4.5 juta (sebagai perbandingan penduduk Jawa adlah 120 juta).

Jadi sangatlah salah, kalau kita berpikiran bahwa biaya pembangunan fasilitas umum (apalagi jalan aspal) di Riau, hanya mengeluarkan biaya yang sedikit. Untuk membangun jalan baru sepanjang 30 km saja, butuh biaya yang sampai ratusan miliar, itupun sebagiannya masih jalan tanah.

Cukup kah apa yang Riau peroleh sekarang ???? Berbanding hal yang memang kita perlukan ??? Riau menyaksikan jalur perdagangan dunia (70% jalur perdagangan dunia warawiri di lepas pantai Riau) ... Tapi Riau cuman jadi penonton, .... Adalah salah besar, kalau kita mau jadi pemain tidak butuh dana yang besar!!!!

OTSUS itu harus diperjuangkan sampai titik darah penghabisan, saya tidak suka ambil pusing soal KORUPSI. Tahu tidak kenapa PEMPROV menyimpan uang sampai 6T di Bank Indonesia, sampai tidak terserap pembangunan ????? Tahu, kenapa ??? Karena, kalau berproyek sikit ... nanti udah digrebeg KPK,,,, kesannya kalau terlalu banyak proyek malah jadi bahan lirikannya KPK. Ini bukan fenomena di RIau saja, tapi terjadi di DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Sumatra Utara, dan banyak provinsi lain.

Sementara KPK itu bukan organisasi yang betul2 bersih, di dalamnya banyak terdapat suap dan lain2 .... Jebakan2 dan perangkap2 untuk menjatuhkan "pejabat2" yang "agak bersih" berseliweran di KPK. Ada "oknum KPK" yang sengaja mengantar parsel ke rumah pejabat, dan pembantu rumah tangga yang tidak mengerti akhirnya menerima parsel tersebut. Dan kemudian, secara tiba2 anggota KPK muncul di rumah pejabat teersebut, .... Dan tahulah kasus selanjutnya,,, pengancaman ... pejabat tadi dipaksa bayar duit, supaya parsel (yang padahal jebakan) tidak dikasuskan oleh KPK...

Sebagai catatan lain, inilah kenapa pertumbuhan ekonomi kita masih lambat. Agak menggila sedikit saja pembangunan. LSM sudah mulai "banyak omong"... Di Riau, kasus nya agak spesial ... Para pejabat gak peduli apa kata LSM, makanya pembangunan nya terlihat lebih kencang dari provinsi lain. Padahal dari segi keuangan sama saja ... APBD kita dengan DKI Jakarta (misalnya).

Hal ini miris, lihat saja KALTIM ... Tahu Syaukani tidak??? Dia bupati KUTAI KARTANEGARA yang membangun KUKAR dengan sangatttttt luar biasa, kemajuan ekonominya luar biasa, pembangunan fisik di sana pada era kepemimpinan dia jauh sekali di atas kawasan membangun manapun di Indonesia ini. Tapi, lihat apa yang terjadi ??? Dia sekarang mendekap dalam tahanan KPK.

Peristiwa Syaukani (Bupati Kukar) dan belakangan kasus ABDILLAH (walikota Medan, yang selalu dipuji atas keberhasilannya membangun MEdan) ... dua2nya mendekap di tahanan KPK.

Itu masalah pembangunan !!!! Jadi kalau mau semakin banyak proyek di Riau ini, cara satu2nya duit harus "berlebih" ..... Bupati2 dan Gubernur2 di Riau sudah berkorban banyak ,, dengan blak2an pembangunan (padahal dibelakang mereka dijerat KPK, cuman karena masih sanggup bayar suap "yang itupun karena ancaman dari KPK" mereka masih bertahan) ...

Jadi dengan pengorbanan mereka2 itu, sampe akhirnya gak sanggup lagi sama KPK ,,, contoh Saleh Djasit .... akhirnya berhenti juga ngasih suapan. Akhirnya ketangkap..

Kasus Mobil pemadam kebakaran itu kenapa ada bupati yang kena dan ada yang tidak kena ??? Karena yang "belum kena" masih sanggup bayar suap.

Special Gift said...

Apa kalo ntar kita jadi otsus masih berani membangun besar2an?
Apa tetap gak takut sama KPK? Jangan-jangan ntar duit kita yang banyak itu dipake untuk nyuap KPK lagi, baru sisanya untuk membangun.
Supaya jangan ditangkap ya ikuti prosedur yang baku dan yang akuntability dong.
Semua tokoh yang di sebutkan itu kesalahannya hanya di administrasi saja kog. Ada yang maen tunjuk langsung, ada dugaan mark-up (kelebihan harga) dll.
Jadi kalo semua sudah sesuai aturan masak sih masih kena?
Kembali ke otsus, kalo di cermati, saya hanya ingin agar ini adalah aspirai dari bawah. Ada baiknya di tanyakan kemasayarakat riau langsung, apa maunya mereka, seperti apa arah pembangunan yang mereka inginkan dan seperti apa gambaran riau ini kedepan di mata mereka.
Jadi kalo bisa aspirasinya bottom-up, bukannya di buat dan diarahkan dari atas. Karena kesan dan tujuannya bisa jadi rancu.
Kalo aspirasi bottom-up pasti akan lebih mnggelora dan kuat sekali daya juangnya. Dijamin!

Pekanbaru Lovers :